Selasa, 17 Desember 2013

Strategi Menggunakan Support, Resistance dan Trendline


Oke, di level Kelas Dasar Anda telah mempelajari dasar-dasar analisis teknikal mulai dari support, resistance dan juga trend line. Channel sendiri adalah pengembangan dari trend line. Sekarang, kita akan mempelajari strategi meraih peluang pasar berdasarkan dasar-dasar analisis teknikal tersebut.
Sebelum kita lanjutkan, ingatlah bahwa pada dasarnya trend line dan channel juga adalah support dan resistance. Pada saat down trend, trend line berfungsi sebagai resistance. Sebaliknya, pada saat uptrend, trend line berfungsi sebagai support.

Pada dasarnya ada dua strategi yang bisa kita terapkan berdasarkan support dan resistance. Yang pertama disebut“bounce trading”, yang ke dua disebut “breakout trading”.
Bounce trading
Ada juga yang menyebutnya sebagai “swing trading”. Metode trading ini memanfaatkan “pantulan” harga ketika harga sudah mencapai support atau resistance dan memantul dari sana. Ilustrasi di bawah ini akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan bouce trading ini.

Intinya Anda menunggu ada pantulan dari area support atau resistance untuk melakukan trading. Mengapa tidak melakukan sell tepat pada resistance atau buy tepat pada support? Karena Anda memerlukan semacam konfirmasi bahwa support atau resistance tersebut belum tembus. Bisa jadi pergerakan harga naik atau turun begitu tajam dan cepat hingga langsung menembus support atau resistance. Nah, pantulan inilah yang menjadi semacam pertanda bahwa level support atau resistance itu masih kuat.
Breakout trading
Dalam dunia trading, support dan resistance tidak akan selamanya bertahan. Pada suatu saat level-level tersebut pasti akan tembus. Pada saat seperti itu Anda masih bisa mencoba mencari peluang dengan strategi yang dinamakan breakout trading. Strategi brekaout trading ini seratus persen berbeda dengan bounce trading. Jika pada bounce trading Anda menunggu pantulan untuk buy atau sell, pada strategi breakout Anda malah memanfaatkan tembusnya support dan resistance dengan asumsi bahwa tembusnya support atau resistance cenderung diikuti oleh rally.
Ilustrasi di bawah ini menggambarkan strategi breakout trading dengan memanfaatkan tembusnya support atau resistance.

Strategi yang digambarkan di atas merupakan strategi agresif, di mana transaksi langsung dilakukan setelah mendapatkan konfirmasi tembusnya level support atau resistance. Yap, lagi-lagi konfirmasi dibutuhkan untuk melakukan aksi.
Suatu support atau resistance dianggap tembus jika memenuhi paling tidak salah satu dari dua hal berikut:
1.     Jika Anda menggunakan candlestick chart, maka body dari candlestick tersebut harus memotong/menembus garis support atau resistance.
2.     Pada saat terjadi breakout, terjadi peningkatan volume. Semakin signifikan peningkatannya, maka breakout dianggap semakin valid. Mengenai volume ini, akan kita bahas nanti.


Nah, itu tadi adalah strategi breakout trading yang agresif. Tapi ada trader yang memilih untuk menunggu konfirmasi selanjutnya. Konfirmasi lagi… konfirmasi lagi… mungkin itu yang Anda pikirkan sekarang. Terbiasalah dengan itu, karena Anda akan banyak mengulang kata tersebut sepanjang perjalanan Anda menempuh rimba trading yang penuh tantangan ini. 
Golongan trader yang tidak agresif ini menerapkan strategi breakout yang agak konservatif. Supaya lebih gampang, kita sebut saja strategi breakout konservatif. Bagaimana sih strategi konservatif ini?
Strategi breakout konservatif ini sebenarnya memadukan strategi breakout dan bounce trading. Begini ceritanya.…
Ketika breakout sudah terkonfirmasi, Anda tidak langsung mengambil posisi buy atau sell seperti strategi breakout agresif, melainkan Anda menunggu terjadi “pullback” kembali ke area support atau resistance. Setelah terjadi pullback, Anda menunggu lagi terjadi pantulan dari level support atau resistance tersebut. Barulah kemudian Anda melakukan transaksi buy atau sell.
Rumit ya? Sebenarnya tidak sih. Supaya lebih mudah memahaminya, kami sudah menyiapkan ilustrasi untuk menggambarkan strategi ini.

Baik strategi breakout agresif maupun konservatif memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Jika Anda menggunakan strategi breakout yang agresif, keuntungan yang Anda peroleh adalah Anda bisa segera entry dan tidak akan ketinggalan “momen”. Tapi tentu saja strategi ini memiliki kelemahan. Misalnya Anda telah melakukan sell segera ketika support tembus, namun ternyata harga naik lagi dan kembali berada di atas support tadi.
Nah, strategi konservatif memiliki keunggulan dalam hal itu. Dengan menggunakan strategi ini, kemungkinan Anda untuk terjebak adalah lebih kecil karena Anda menunggu pullback dulu dan mencari konfirmasi pantulan. Namun perlu diketahui juga bahwa PULLBACK TIDAK SELALU TERJADI setelah terjadi breakout. Di sinilah kelemahan strategi konservatif, yaitu Anda akan berpotensi kehilangan kesempatan untuk entry karena harganya sudah telanjur lari.

Setiap trader punya gaya yang berbeda-beda. Anda bisa memutuskan apakah Anda akan menjadi si Agresif atau sang Konservatif. Bagi Anda yang penyabar, strategi konservatif mungkin cocok untuk Anda terapkan. Namun jika Anda adalah pribadi yang gesit dan menyukai tantangan, mungkin lebih cocok menggunakan strategi agresif. Silakan pilih sesuai dengan kepribadian Anda. 

Info di atas sebenarnya bisa menambah beberapa juta rupiah di daftar asset Anda. Belum tau caranya? Yup.. Salah satunya lewat trading forex.. belajar di sini aja, 100% gratis.
Udah ahli tapi tidak berani trading besar-besaran karena pakai broker luar negri? Kalau broker lokal, komisi nya besar banget? Coba dulu di demo account dengan KOMISI TERMURAH! Coba rekomendasi demo accountnya disini ya:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by SmartradeForex - Free Demo Akun | ForexIMF.com