Akhirnya kita sampai di bagian yang tak kalah pentingnya :
risk management alias manajemen resiko. Resiko adalah faktor penyerta dari
setiap bisnis. Benar, tidak ada bisnis yang bebas dari resiko. Di awal modul
edukasi ini kita sudah sempat membahas tentang hal ini. Bahkan jualan pisang
goreng pun ada resikonya. Resiko tidak bisa kita tiadakan, namun bisa
“dikendalikan”.
Resiko yang dihadapi setiap bentuk bisnis adalah rugi. Demikian
pula di bisnis futures trading seperti ini. Futures trading merupakan suatu
bentuk bisnis yang mengandung potensi resiko yang cukup tinggi. Namun, peluang
keuntungan (return) yang ditawarkan pun tak kalah tinggi.
Nah, untuk bisa memaksimalkan peluang keruntungan itu (sekaligus meminimalisir resiko) dibutuhkan manajemen resiko, atau yang kita kenal dengan nama “risk management”.
Dengan menerapkan risk management, berarti kita menerapkan
kontrol penuh atas uang kita. Kita bisa membatasi sampai sejauh mana kerugian
yang mungkin akan kita alami. Ibarat bermain catur, kita harus mempersiapkan
langkah apa yang akan kita jalankan dan antisipasinya jika langkah kita itu
keliru.
Ingatlah bahwa tidak ada satu orangpun yang bisa menentukan masa
depan. Dengan demikian, juga tak ada seorang pun yang tahu persis ke mana harga
akan bergerak. Kebanyakan trader pemula gagal karena tidak memiliki dasar
manajemen resiko yang baik.
Risk Management Tools
Dalam
trading forex, penerapan risk management dibantu dengan 4 teknik risk management: cut
loss, switching, averaging dan hedging/locking.
1. Cut loss
Cut loss dilakukan dengan segera menutup transaksi yang merugi
dengan tujuan menghindari potensi resiko yang lebih besar.
Contoh ilustrasi berikut ini dapat membantu Anda untuk
memahaminya:
Misalnya kita memprediksi harga akan turun, dan kita melakukan
Sell sebanyak 1 lot di level 1.50200. Ternyata harga malah bergerak naik hingga
ke level 1.50500, sehingga kita mengalami kerugian sebesar -300 pips. Karena
kita tidak mau menghadapi resiko kerugian yang lebih besar, maka di level
1.50500 posisi Sell tadi kita tutup, dengan konsekuensi kita mengalami kerugian
sebesar -300 pips.
2. Switching
Tujuannya untuk membuang posisi yang mengalami kerugian agar
tidak semakin besar lalu meng-cover-nya dengan cara membuka transaksi baru yang
berlawanan dengan transaksi awal. Biasanya dilakukan untuk kondisi di saat
pergerakan harga relatif kencang.
Contoh ilustrasinya seperti berikut:
Misalnya kita membuka posisi Sell pada level 1.50200, dan harga
malah bergerak naik. Sampai di level 1.50500, posisi kita sudah mengalami
kerugian sebesar -300 pips. Jika kita menganggap bahwa pergerakan harga masih
akan naik, maka pada level 1.50500 kita menutup posisi Sell kita tadi. Pada
saat yang bersamaan, kita juga membuka posisi Buy di level 1.50500.
Jika ternyata harga benar-benar terus naik hingga ke level
1.50800, maka posisi Buy kita tadi akan mendapatkan keuntungan sebesar +300
pips. Artinya, kerugian -300 pips akibat posisi Sell tadi telah tertutupi.
Switching baru boleh kita lakukan apabila kita benar-benar yakin
bahwa harga akan meneruskan arah pergerakannya. Sebab, dengan melakukan
switching berarti kita membuka posisi baru yang tentu memiliki potensi rugi
juga, apabila ternyata harga berbalik arah lagi. Di sini diperlukan kematangan
analisis dan tingkat kesiapan mental seorang trader.
3. Averaging
Averaging (atau ‘cost-averaging’) merupakan bentuk manajemen
resiko yang cukup ekstrim, karena pada dasarnya teknik ini “melawan” arah
pergerakan harga. Teknik ini hanya boleh digunakan bagi para trader yang
memiliki mental “baja” dan juga harus memiliki dana yang cukup besar.
Contoh ilustrasi singkatnya adalah seperti berikut:
Andaikan kita melakukan Sell 1 lot di level 1.50000. Ketika
harga bergerak naik hingga ke level 1.50500, kita bukannya menutup posisi yang
rugi tadi, namun kita menambahkan lagi satu posisi Sell sebanyak 1 lot. Pada
level ini, kerugian kita sudah mencapai -500 pips.
Ternyata, harga naik lagi hingga ke level 1.51000. Pada level
ini, total kerugian kita sudah menjadi -1500 pips. Kerugian kita baru akan
tertutup jika harga turun lagi sampai ke level 1.50500. Jika di level ini kita
tutup semua posisi sell kita, maka kerugian kita akan menjadi nol.
Jika harga turun lagi sampai ke level 1.50000, barulah kita akan
mendapatkan keuntungan sebesar +1500 pips.
Teknik ini hanya bagus jika kita gunakan dalam keadaan pasar
yang sideway, karena peluang untuk harga kembali lagi ke posisi awal kita lebih
besar.
4. Hedging
Ada juga yang menyebutnya “locking”. Sebenarnya, teknik ini
adalah teknik yang aneh, karena si trader yang mengalami kerugian sebenarnya
tidak bisa melakukan apapun terhadap kerugian yang sudah dideritanya.
Anda tidak dianjurkan melakukan hal ini. Satu-satunya alasan
teknik ini dijelaskan di sini adalah agar Anda tahu bahwa ada beberapa trader
yang menggunakan teknik ini.
Berikut salah satu contoh dan ilustrasinya:
Ketika seorang trader melakukan sell 1 lot di level 1.50000, ia akan
mengalami kerugian sebesar -500 pips jika harga naik ke level 1.50500. (Ingat
ya, dia sudah rugi lho!)
Namun ia tidak mau “membuang” posisi yang sudah rugi itu. Dia
justru melakukan Buy 1 Lot di harga 1.50500. Nah, pada saat inilah si trader
tersebut “mengunci” kerugiannya sebesar -500 pips. Artinya, ke manapun harga
bergerak nantinya, kerugian yang dideritanya hanya sebesar “kuncian” itu.
Apapun itu, yang jelas trader tersebut sudah menderita kerugian.
Tidak ada bedanya dengan melakukan cut loss, hanya saja belum ada posisi yang
ditutup.
Ketika harga naik ke 1.51000, trader tersebut menutup posisi Buy
yang dilakukannya di harga 1.50500 tadi. Meskipun posisi Buy ini mendapatkan
keuntungan +500 pips, tapi jangan lupakan posisi Sell yang masih tertinggal di
bawah (yang saat ini kerugiannya sebesar -1000 pips!). Maka dari itu, trader
kita ini masih menderita kerugian sebesar -500 pips.
Kerugian trader tersebut baru akan tertutup jika harga bergerak
turun ke level 1.50500, jika di harga ini dia menutup posisi Sell yang pertama
kali dilakukannya (di harga 1.50000). Keuntungan sebesar +500 pips baru akan
didapatkan kalau harga turun hingga ke level 1.50000.
Inilah “pembenaran” yang sering dijadikan alasan bagi para
pelaku locking. Padahal kalau mau diteliti lagi, kejadian di atas tidak ada
bedanya dengan melakukan cut loss di harga 1.50500, lalu melakukan Sell lagi di
harga 1.51000. Coba saja hitung-hitung!
Dalam menentukan level entry (buy atau sell) dan level cut loss,
switching, dan sebagainya, kita bisa memadukannya dengan analisis teknikal yang
kita ketahui.
Info di atas sebenarnya bisa menambah beberapa juta rupiah di daftar asset Anda. Belum tau caranya? Yup.. Salah satunya lewat trading forex.. belajar di sini aja, 100% gratis.Udah ahli tapi tidak berani trading besar-besaran karena pakai broker luar negri? Kalau broker lokal, komisi nya besar banget? Coba dulu di demo account dengan KOMISI TERMURAH! Coba rekomendasi demo accountnya disini ya:
0 komentar:
Posting Komentar