Sepanjang perjalanan Anda sebagai seorang
trader, Anda mungkin pernah merasakan masa-masa keemasan di mana Anda hampir
semua transaksi Anda berbuah dollar. Namun tentu pernah ada masa ketika uang
Anda lenyap dimakan oleh raksasa liar lagi buas yang bernama pasar.
Menjadi sukses memang bukan perkara yang mudah,
terutama dalam dunia trading. Saya tidak percaya ada jalan pintas menuju
sukses, sebagaimana saya juga percaya bahwa tidak mungkin seorang trader akan
menjadi sukses tanpa kesadaran untuk bertanggung jawab penuh pada setiap
keputusan yang diambilnya.
Salah satu bentuk tanggung jawab seorang trader
adalah tidak menyalahkan siapa pun – atau apa pun – ketika mengalami kerugian. Ironisnya
kebanyakan trader justru melakukan hal tersebut. Alih-alih melakukan evaluasi
atas keputusannya, ia justru menyalahkan pasar, broker, indikator, atau bahkan
mungkin menyalahkan kucing tetangga yang berisik di atas genteng rumah. Tidak
nyambung? Memang. Makanya saya katakan ironis ketika cukup banyak trader yang
menimpakan kesalahan kepada siapa pun kecuali dirinya sendiri, padahal ia
sendiri yang membuat keputusan.
Sebagai trader, bukankah kita sendiri yang
harus mencari peluang dan mengenali setiap resiko? Bukankah kita sendiri yang
harus menentukan batasan resiko? Dengan demikian, bukankah kita sendiri yang
memang harus bertanggung jawab atas setiap keputusan?
Trading forex online bukanlah mainan bagi balita yang belum
mengerti arti tanggung jawab. Ia bebas memainkan semua mainannya tanpa harus
bertanggung jawab jika mainan tersebut rusak atau hilang. Trading forex online adalah bisnis
yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang mampu memikul tanggung jawab yang
tidak ringan.
Ada beberapa contoh trader yang sama sekali
tidak bertanggung jawab atas setiap keputusannya. Sebut saja seorang trader
bernama Edi. Ia adalah seorang pengikut seorang trader yang ia kenal secara
online di forum-forum trading. Ia selalu meng-copy setiap langkah yang dilakukan trader tersebut. Bahkan dengan
bersemangat ia sempat berceloteh tentang kehebatan teori milik sang trader
tersebut di hadapan teman-temannya. Tetapi, ketika transaksinya jeblok dan uangnya terkuras, ia langsung
berkata bahwa teori dan sistem sang trader tadi adalah teori tolol dan
sistemnya gagal. Bahkan ia tidak segan mengutarakan hal tersebut di forum
internet. Tidak butuh waktu terlalu lama, ia segera menemukan trader panutan
lain, juga di internet. Dan cerita yang sama selalu berulang.
Lain lagi halnya dengan Todi. Ia selalu
menyalahkan pasar ketika level stop loss-nya dihajar. Ia berpikir bahwa sistem
tradingnya pasti berhasil andai saja data ekonomi sesuai dengan perkiraannya.
Ia juga cukup sering menggerutu bahkan memaki-maki para pelaku pasar – yang
bahkan belum pernah ia lihat sebelumnya – tiap kali pasar menghajar support
atau resistance kuat.
Sedangkan Andi adalah seorang penggila Expert
Advisor (EA/robot). Ia tidak segan membeli sebuah EA dengan harga yang
mencengangkan saking mahalnya. Ketika EA tersebut gagal memenuhi impiannya, ia marah-marah
dan menganggap bahwa EA yang ia beli itu adalah EA yang palsu atau dibuat
berdasarkan strategi yang jelek sehingga ia menyalahkan pembuat EA tersebut.
Apa yang ia lakukan selanjutnya? Ia kembali sibuk mencari EA lain, bukannya
memperbaiki cara tradingnya.
Terakhir, ada Budi. Budi selalu mencari alasan
yang tidak masuk akal ketika ia mengalami loss.
Harga bergerak terlalu cepat, katanya. Di lain waktu, ia berkata bahwa
gubernur bank sentral eropa sudah tidak peduli lagi pada Euro sehingga Euro
jatuh. Di lain kesempatan, ia berkata bahwa broker mempermainkan chart-nya
sehingga level target profit-nya tidak tersentuh dan harga berbalik arah hingga
mengeksekusi level stop loss-nya.
Apa yang menjadi persamaan di antara Edi, Todi,
Andi dan Budi selain bahwa nama mereka diakhiri dengan suku kata “di”? Persamaan
di antara mereka adalah : mereka secara tidak langsung menolak untuk bertanggung
jawab atas segala keputusan transaksi yang mereka lakukan sendiri. Memang tidak
ada salahnya mengikuti trader panutan, mengikuti data ekonomi, atau menggunakan
EA. Kesalahan yang sering dilakukan adalah tidak menyadari bahwa setiap
keputusan ada di tangan mereka sendiri.
Jangan menolak untuk bertanggung jawab karena
meskipun pahit hal tersebut adalah jamu yang mujarab. Tanggung jawab akan menuntun
Anda untuk melakukan evaluasi dan evaluasi akan membantu Anda untuk menemukan
letak kesalahan Anda. Pada gilirannya, hal tersebut akan mengantarkan Anda ke
depan pintu gerbang kesuksesan sebagai seorang trader atau analis.
Tentu saja, nama Edi, Todi, Andi dan Budi dalam
artikel ini hanyalah nama samaran. Jika ada kesamaan nama dengan Anda atau
kerabat Anda, hal itu hanya kebetulan. Namun trader yang memiliki karakter
seperti Edi, Todi dan Andi sangat banyak bertebaran di muka bumi ini.
Apakah Anda pernah mengenal trader seperti
mereka? Atau bahkan Anda sendiri bersikap seperti mereka? Saya harap tidak.
Semoga.
Info di atas sebenarnya bisa menambah beberapa juta rupiah di daftar asset Anda. Belum tau caranya? Yup.. Salah satunya lewat trading forex.. belajar di sini aja, 100% gratis.Udah ahli tapi tidak berani trading besar-besaran karena pakai broker luar negri? Kalau broker lokal, komisi nya besar banget? Coba dulu di demo account dengan KOMISI TERMURAH! Coba rekomendasi demo accountnya disini ya:
0 komentar:
Posting Komentar